digital painting / kenapa begini / Bandung Indonesia 2013
Tumpukan kertas yang berantak didepan meja
kerja membuat mataku “blue screen”
seperti pada layar windows yang crash. Entah
ini rindu atau hanya sekedar melamun?
Teringat dengan kata “tidak serius” itu yang
membuatku tetap berdiri disini untuk memberi arti bahwa sudah cukup dengan
main-main. Kehilangan selera humor hal biasa, ketika humor menjadi suplement
penghibur saja seperti parfum murah yang kandungan alkohol tinggi. Wangi, hanya
saja cepat menguap. satu lelucon tidak
cukup untuk satu hari.
Dengan satu smart phone bisa membuat garis
bibir lebih indah, raut wajah menjadi berseri-seri. Saat ada pesan masuk
memberi sapaan pagi, emotion icon bulat kuning pun serasa cantik jika dari
dirinya. Huftt, nafas menjadi berat bray.
Ah, sial baru saja sedang melamun indah
tentang dirimu ada setan mengetuk kepalaku. Menjerat menarik dengan erat
menyeret dalam kelam. Segala bentuk tawaran ada didepan mata, segala keinginan
hasrat binatang tinggal tersalurkan. Tapi tidak untuk kali ini, halooo apa
disana ada altar ego “modar sia anyiiinggg”. Mari kita renovasi semua system
mulai renovasi otak, fisik, jiwa, dan renovasi hati.
Ada monyet menggelantung dimataku,
menarik-narik kelopak mata. Kepala pun serasa terpisah dengan leher dan
terombang-ambing mengudara di ruang kerja. Oh kurang tidur ini, kurang minum
air putih. Bukan maksud ingin menelantarkan fisik, itu lupa. Cuma terlalu berlebihan
tenggelam dalam meja kerja. Sejauh ini yang aku harapkan semua jadi lebih baik.
Akan lebih baik jika aku bisa menggenggam
tanganmu, memeluk erat tubuhmu hingga hilang rindu. Kamu bersandar pada pundakku
sepanjang perjalanan pulang. Itu hanya sekedar sekenario saja, jika nyatanya
kamu hanya ingin menundukan kepala dan berjalan sendiri maka tak apa.
Setidaknya aku membuat harapan manis, aku pikir
Komentar