KETIKA CINTA DIPUR ½

Banyak orang yang menyanjungnya, bukan permainannya yang menarik tapi bola seperti apa yang mereka mainkan bahkan cupid sendiri seperti termabukan oleh benda itu (aku memanggilnya benda). Apa yang bisa dilakukan kebanyakan orang tersebut?! Yah, mereka saling mengoper bola dari kaki ke kaki lainnya. Ada yang mengumpan balik agar menjadikan serangan yang sungguh jitu. Ada juga yang cukup bertahan saja sampai akhir pertandingan. Oh, ya…ada yang menarik lagi dibabak berikutnya. Ada orang bertandang untuk menantang, para penonton pun kian menggemuruh. Tak jarang juga ada yang menjadi provokator “wah..tolol itu pelanggaran sit..!!!” teriak salah satu suporter, dan yang lainnya malah melempari wasit. Awan mulai menyelimuti angkasa dengan gumpalan-gumpalan hitam, tak gentak petir menggelegar menyaingi gemuruh ribuan penonton. Tapi hujan tak datang, atmosfir pertadingan makin tak sehat. Pemain bola saling baku hantam, layaknya adegan pertandingan beladiri. (aku sendiri malah terbawa emosi) Dalam permainan ini tidak akan ada yang menang atau kalah. Disini hanya membutuhkan legalitas siapa yang pantas menempati bangku nomor satu. Tapi ujung-unjungnya saling ingin naik ke permukaan. Siapa yang pantas..??!! Ah, cerita ini sudah seperti sajian makanan kadarluarsa. Sudah tidak enak didengar, sudah tidak asik dibaca ketika cinta dipur ½. Aku bukan bercerita tentang polemik yang terjadi dilingkungan kita, hanya saja aku tidak berfikir sampai sejauh itu. Dan sampai saat ini aku jadikan bahan lelucon. (di ilhami dari lagu rentenir)

Komentar