Aku ingin membawamu pergi kemana pun yang kamu mau. Aku ingin kita menikmati setiap detiknya kita bersama. Bertualang ke gunung dan pulangnya kita beristirahat dipantai. Aku tahu kamu lebih menyukai pantai. Angin pantai yang sejuk, belum lagi matahari yang hangat saat menjelang terbenam. Gemuruh ombak menggulung ditelinga, seperti orkestra nyanyian alam. Semilir angin laut mendesir seperti menyelinap ke daun telinga, lalu hening sejenak dan terdengar kicauan burung pelikan yang mendecit. Sungguh syahdu terdengarnya. Kamu pun memejamkan mata seolah meresapi sajian alam yang mengagumkan. Kemudian kamu membuang pandang kearah lautan sambil menguraikan rambutmu yang panjang kesamping, tapi ada senyum yang berbeda digaris bibirmu. Semua orang ingin menjagamu, semua orang ingin menyayangimu, semua orang ingin memilikimu. Jangan bersedih terlalu lama sayang, nanti kebahagiaan tersesat dipasar malam. Pasar yang memancarkan lampu yang berwarna-warni. Hiruk pikuk dipasar malam ini diselumuti kebahagian banyak orang. Disana disamping tenda arumanis terlihat seorang ayah yang membelikan balon pada anaknya, seorang ibu yang sedang membelikan es cream pada anak gadisnya. Tempat disini sungguh menyenangkan. Entah apa yang kamu tunggu di tempat seperti ini, semoga kamu senang. Sayang, aku pulang duluan. Kabari aku jika sudah sampai dirumah. Kamu yang selalu aku inginkan, kamu yang selalu aku suka, gelak tawamu yang datar, selera humormu juga bagus, kamu yang suka meledeki aku. Selera musik kamu pun sama denganku, Dimataku kamu sudah mendekati sempurna hanya saja kamu tak bisa membuka hati untukku, entah kenapa. Malam kini sedang hujan, malam yang membuat arsiran garis samar-samar diantara celah lampu jalan, serine pun terdengar dari kejauhan. Malam ini, malam dimana aku sendiri, malam menyendirinya seorang penyair. Tapi tak satu pun kata bisa keluar dibenakku, mungkin karena rindu yang menggebu. Biarlah malam ini aku cukup membayangkanmu saja. Aku yang membayangkan kamu, pada saat kamu tersenyum melihat SMS diponselmu. Oh….Mira biarkan aku mencintaimu walau hanya untuk sebuah nama. Dan kau pun berlalu. Berlalu sudah seminggu kemarin menjadi empat tahun, dan tak sengaja untuk satu nama itu masih tersimpan didalam hatiku. Aku menjalani hidupku, membangun ruang sosial yang berbeda. Dan Mira pun sama, menjalani hidupnya. Walaupun raut wajah dirimu sudah hilang dari ingatanku tapi kenangan kita tak pernah sirna dari pikiranku. Aku ingat waktu pertama kali aku memberi bunga kamu pun untuk pertama kalinya menangis didepanku, ketika itu aku pun mengelus kepala kamu untuk segera menghentikan tangismu, kemudian aku pun masih ingat saat kamu membawa sarapan dan membangunkan aku untuk kuliah, selain itu juga kamu sempat menangis dipundakku, bahkan didadaku hingga bajuku basah kuyup oleh air mata dan bajuku juga kamu jadikan saputangan bagi hidungmu yang basah karena segu sengak tangismu yang enggan terhentikan. Aku masih ingat seberapa sukanya kamu dengan band yang bernama placebo. Saat kuku-ku panjang dan berwarna hitam kamu juga suka mengguntingnya. Kamu juga suka berkomentar tentang cara aku berpenampilan. Entah apa lagi yang aku ingat dari dirimu. Aku tahu setiap cerita harus berakhir, dan aku pun harus berani dan siap bagaimana mengakhiri cerita kita. Indahnya cerita belum tentu bahagia.
Komentar