Jenuhnya bekerja disana, sehabis mandi kepala masih basah langsung kena AC, mata merah bukan karena iritasa malahan gara-gara begadang main internet dan main games. Jadwal deadline udah engga kesampaian, tekanan sang manager membuat penat. hiburan disela kesibukan kantor kita habiskan dengan canda gurau. Masih ingat itu kawan?
***
Kalo buat urusan bangun tidur pasti saya selalu yang terakhir. Pagi itu temanku bernama septianto sudah datang dan ditemani iriandhy yang sedang berbincang-bincang di kursi depan. Saat itu bulan puasa entah hari yang keberapa tapi, dihari itu kita bertiga sudah sepakat untuk pergi ke kota bermonas. Niatnya untuk mencari pengalaman, entah bekerja seperti apa kita bertiga tidak tahu.
Cileunyi siang hari ditempat pull primajasa.
Naik bis, kemudian bayar ongkos lalu tidur.
Setelah bangun, eh ternyata sudah sampai di kota bermonas.
***
Sesampainya dikantor tempat kita bekerja, kota ini serasa dimiliki oleh kita bertiga. Hanya kita yang berbahasa daerah, hanya kita yang punya selera humor yang bagus, hanya kita yang punya jatah makan didapur, hanya kita yang disayangi oleh atasan, hanya kita yang tampil eksentrik, hanya kita yang paling ‘cool’, hanya kita yang memiliki akses internet, hanya kita yang tak terpisahkan dikantor itu, satu sama lain bagaikan mata rantai yang tak mungkin putus. Yah benar hanya kita yang idiot disana pergi bekerja untuk bermain bukan untuk dijadikan profesi.
Pagi dijakarta.
Begadang semalaman untuk main games di-pc, sudah tentu saya bangun yang paling terakhir, membereskan tempat tidur. Sehabis mandi selalu ada kopi hitam untuk dinikmati. sambil berjemur diatap kantor, kita habiskan waktu dengan obrolan mengejek-ngejek sang menager sialan (masih inget bau mulutnya kawan). Dengan sekaleng rokok gudang garam, kopi kapal api, dan delapan buah gorengan seharga Rp 4000 merupakan sarapan yang istimewa.
Disana kita tidak terpisahkan
Hari itu milik kita
Saya merindukan suasana disana bersama kalian
Hudaya, Septianto dan Iriandhy.
Disana kita ada.
***
Jenuhnya bekerja disana, sehabis mandi kepala masih basah langsung kena AC, mata merah bukan karena iritasa malahan gara-gara begadang main internet dan main games. Jadwal deadline udah engga kesampaian, tekanan sang manager membuat penat. hiburan disela kesibukan kantor kita habiskan dengan canda gurau. Masih ingat itu kawan?
***
Kalo buat urusan bangun tidur pasti saya selalu yang terakhir. Pagi itu temanku bernama septianto sudah datang dan ditemani iriandhy yang sedang berbincang-bincang di kursi depan. Saat itu bulan puasa entah hari yang keberapa tapi, dihari itu kita bertiga sudah sepakat untuk pergi ke kota bermonas. Niatnya untuk mencari pengalaman, entah bekerja seperti apa kita bertiga tidak tahu.
Cileunyi siang hari ditempat pull primajasa.
Naik bis, kemudian bayar ongkos lalu tidur.
Setelah bangun, eh ternyata sudah sampai di kota bermonas.
***
Sesampainya dikantor tempat kita bekerja, kota ini serasa dimiliki oleh kita bertiga. Hanya kita yang berbahasa daerah, hanya kita yang punya selera humor yang bagus, hanya kita yang punya jatah makan didapur, hanya kita yang disayangi oleh atasan, hanya kita yang tampil eksentrik, hanya kita yang paling ‘cool’, hanya kita yang memiliki akses internet, hanya kita yang tak terpisahkan dikantor itu, satu sama lain bagaikan mata rantai yang tak mungkin putus. Yah benar hanya kita yang idiot disana pergi bekerja untuk bermain bukan untuk dijadikan profesi.
Pagi dijakarta.
Begadang semalaman untuk main games di-pc, sudah tentu saya bangun yang paling terakhir, membereskan tempat tidur. Sehabis mandi selalu ada kopi hitam untuk dinikmati. sambil berjemur diatap kantor, kita habiskan waktu dengan obrolan mengejek-ngejek sang menager sialan (masih inget bau mulutnya kawan). Dengan sekaleng rokok gudang garam, kopi kapal api, dan delapan buah gorengan seharga Rp 4000 merupakan sarapan yang istimewa.
Disana kita tidak terpisahkan
Hari itu milik kita
Saya merindukan suasana disana bersama kalian
Hudaya, Septianto dan Iriandhy.
Disana kita ada.
***
Komentar